.fb_like_box { -moz-border-radius:5px 5px 5px 5px; border-radius:10px; background:#f5f5f5; border:1px dotted #ddd; margin-bottom:10px; padding:10px; width:500px; height:20px; }

Entri Populer

Kamis, 02 Februari 2012

Ayah...


AYAH…
            Aku Vegi, aku gadis mungil kebanggaan ayahku meski kini aku bukan lagi gadi mungil tapi bagi ayah meski aku sudah 27 tahun aku tetap gadis mungilnya. Dalam hidupku, dalam hembusan setiap detik dari nafasku hanya sosok Ayahlah yang ku kenal. Bukan aku tak ingin mengenal ibuku tapi hanya Ayahlah yang kulihat sejak aku membuka mata. Meski sosok ibu bagiku penting tapi Ayah selama ini sudah menjadi sosok ibu yang tak akan terganti. Ibuku menikah lagi dengan pria lain setelah bercerai dengan Ayah. Ayah tak pernah menjelaskan padaku mengapa mereka bercerai. Karna setiap kali ia berkaca-kaca jika aku bertanya soal Ibu, bagiku itu cukup menjadi alas an mengapa aku tak perlu tahu tentang keberadaannya, alasannya dan apapun.
            Sering sekali ku dapati wanita-wanita cantik yang mendekati ayah ingin menjadi istrinya tapi selalu ia tolak dengan halus, ia hanya bertutur. “saat ini dan sampai Vegi menikah aku tak ingin membiarkannya sendirian…” ayahku yang sangat tampan dan baik hati, selalu lembut hingga siapapun menyukainya. Bahkan wanita yang sempat ditolak olehnya pun tetap bersikap baik pada kami.
            Kini diusiaku yang ke 27 tahun dia benar-benar tak pernah meninggalkan aku dan membiarkan aku menjadi anak broken home yang biasa dialami para anak lain ketika mengetahui orang tua mereka bercerai.
            “Ayah…Vegi sudah 27 tahun, Vegi gak pernah berharap ayah akan terus hidup seperti ini. Ayah masih muda, Vegi gak pernah melarang ayah menikah…”kataku ketika kami saling berhadapan di meja makan sambil minum teh dan ditemani biskuit hangat yang 5 menit lalu ku angkat dari oven.
“Ayah tau kamu sudah dewasa tapi bagi ayah kamu tetap anak ayah yang tak bisa ayah tinggal, ayah tak ingin perhatian ayah terpecah belah…saat kamu sudah menemukan pria yang pantas untukmu saat itu juga ayah melepasmu dan mengikhlaskanmu untuk pria itu.” Mataku tak pernah bisa tertahan ketika ia mengeluarkan kata-kata itu. Ku rangkul ia dan ku cium pipinya.
“Ayah tau gimana aku tersiksa melihat ayah terus begini? Aku ingin ayah bahagia dan tidak kesepian…”bisikku. Dia ikut merangkulku dan mendudukanku di lahunannya dia tersenyum manis padaku.
“anak Ayah yang cantik…betapa beruntungnya ayah punya anak seperti Vegi hingga ayah tak pernah merasa kesepian…”ia membelai pipiku dan menghapus air mataku. “tolong tunjukan kalau Vegi ayah sudah dewasa dan sudah pantas di persunting orang…ini sudah saatnya Vegi menikah…”
“aku gak pernah nemuin laki-laki seperti ayah…”rengekku.
“putri tunggal ayah yang selalu manja…”dia tertawa. “tak akan ada manusia yang sama di dunia ini…ayah akan selalu milikmu jadi untuk apa kamu mencari orang yang sama…perbedaan itu indah, perbedaan adalah cara agar kita saling mengisi satu sama lain…!” tangisku semakin pecah, sungguh Ayah adalah anugrah terbesar yang di hadiahkan Allah untukku. “tapi janji sama ayah jangan pernah hidup seperti ayah…”
“Ayah…”bentakku. Ia tertawa dan memelukku erat.
“hiduplah seperti keluarga lain yang bisa membesarkan anaknya bersama…ayah selalu berharap hal demikian. Jangan kecewakan ayah…” aku mengangguk segera.
Setidaknya perbincangan itu menjadi motivasi bagiku. Meski sebetulnya aku tak pernah menginginkan kehadiran laki-laki lain selain ayahku dalam hidupku tapi takdir manusia tetaplah berpasangan, takdir manusia adalah mengikuti kehendak dari maha kuasa. Usiaku sudah sangat matang untuk menjalani pernikahan dan ayahpun sudah memberikan izin sejak aku usia 25 tahun.
Aku tak ingin gegabah dalam memilih jodoh. Aku selalu percaya ayah akan selalu memberikan yang terbaik padaku, hingga ia memperkenalkan Arick padaku. Hal yang aku heran adalah mengapa ia tega mengenalkanku pada pria yang sudah menikah namun pria itu baru saja berusia 30 tahun. Ia tampan dan tinggi seperti ayah. Ia pekerja keras, sopan dan religious.
“ayah gak sakitkan?”bisikku pada ayah ketika Arick ketoilet saat kami mengadakan pertemuan di sebuah restoran jepang. “dia duda dan aku bahkan gak pernah nikah…”
“memangnya kalau dia bujang kamu bisa pastikan dia bujang?”canda ayah. “dia duda yang ditinggal meninggal oleh istrinya…sudah 5 tahun dia sendiri setelah kematian istrinya…jangan pernah melihat seseorang dari statusnya. Ayah tau Arick dan ayah berbeda dan ayah tak mungkin memperkenalkan kamu pada laki-laki yang menurut ayah tak baik untuk putri ayah. Hanya Arick yang bisa membuat ayah tenang melepasmu nak!” jelasnya.
Sejak saat itu tak peduli apapun meski itu hal kecil ayah akan selalu ku dengarkan, karena aku tak bisa membahagiakannya setidaknya dengan mendengarkan apa yang diinginkannya ayah bisa tenang. Meski sedih, meski di matanya tampak takut tapi ayah tersenyum padaku dan mengepalkan tangannya padaku untuk memberiku semangat. Tapi aku bisa dengan jelas melihat kalau dia terluka melepasku.
Saat aku menikah dengan Arick adalah saat-saat tersedih yang pernah aku alami. Dia duduk melepasku dengan ijabkqabul yang diucapakannya dengan Arick. Ayahku yang tegar dan selalu mengembangkan senyuman kini tersendat-sendat menanhan tangis. Matanya berkaca-kaca. Ia menangis saat aku memeluknya setelah ijabqabul. Dia memelukku erat dan menciumku.
“sekarang kamu punya dua laki-laki di hidupmu nak…dan ayah harus rela mengatakan ini, bahwa kini yang jadi prioritas utamamu adalah suamimu, patuhlah padanya, dia adalah imammu...orang yang harus kamu ikuti dari belakang. Ayah adalah orang ke dua bagimu nak saat ini, dan tugas ayah sekarang hanya melihatmu bahagia…tugas ayah selesai, Arick akan mengganti posisi ayah…Ayah sayang sama Vegi…sayang sampai ayah tak tau harus mengungkapkan apa lagi…”bisiknya saat aku bersimpuh dikakinya setelah ijabqabul selesai.
“Vegi juga sayang sekali sama Ayah…”
“nak Arick…jaga anakku dengan sepenuhh hatimu…lindungi dia seperti aku melindunginya…aku serahkan putriku padamu…” Arick menganggunk dan mencium tangan ayahku…
Tak ada yang bisa menyadari betapa besar kasih sayang seorang ayah pada anaknya meski kebanyakan ayah tak menunjukan itu tapi tidakkah kau sadar bahwa ayah akan selalu menjagamu dan menjadi algojomu disaat kau tertindas, ayah akan pura-pura kalah saat bermain denganmu, ayah selalu ingin hidupmu berbeda dengan hidupnya dan selalu ingin kau lebih baik darinya. Ayah sudah mengucapkan ikrar yang seharusnya ia ucapkan. Ia melepasku demi kewajiban yang harus ku jalani setelah berumah tangga. Ayah…sosok itu sangatlah penting, cintanya tak pernah salah…cintanya hanya ingin kau lebih baik dari haidupnya….

Selesai



2 komentar:

  1. untuk teman-teman yang sudah baca mohon komentar ya supaya Berbagi Cerita bisa memperbaiki kualitas Ceritanya! terimakasih banyak...

    BalasHapus