.fb_like_box { -moz-border-radius:5px 5px 5px 5px; border-radius:10px; background:#f5f5f5; border:1px dotted #ddd; margin-bottom:10px; padding:10px; width:500px; height:20px; }

Entri Populer

Jumat, 13 April 2012

Pantas di Cinta





Berjalan menyusuri jalan setapak menuju gedung resepsi. Pernikahan ini sangat melelahkan bagiku karena jantungku berdebar lebih cepat dari kedipan mataku. Tidak…ini bukan perasaan bahagia tapi perasaan sakit yang tida tara. Rasanya muncul banyak pori-pori di hatiku dan mulai membengkak mengikuti desahan nafas yang terasa akan terhenti. Betapa tidak, hari ini aku harus siap menyalami dan memberi selamat orang yang aku cintai menikah dengan wanita lain.

Flashback:
Kami berjalan menyusuri tepi pantai bergandengan tangan dengan eratnya, mengayun-ngayunkannya, tertawa melupakan beban. Tiba-tiba langkah Nanda terhenti, dia membalikan badanku dan memandangku serius.
“Chelsea aku…Aku cinta sama kamu…” aku tertawa, bahagia merasa akulah pemenangnya mendengar kata-kata itu. Tapi aku juga sadar setelah kata-kata manis itu pasti ada kata-kata lebih menyakitkan di baliknya. “Tapi aku gak bisa miliki kamu, aku gak bisa menjaga keabadian cinta kita.” Sambungnya. Aku terdiam, menyadari sekali bahwa hal ini akan terjadi padaku begitu saja. Aku berjinjit dan memeluknya. Ku tarik nafas berusaha tenang.
“Aku tahu ini akan terjadi, aku tahu hal ini akan terjadi pada hubungan kita. Aku bahagia meskipun aku hanya bisa memilikimu selama 2 bulan terakhir ini, aku bahagia meskipun aku hanya mencurimu dari dia sementara.” Jelasku. Ia melepas pelukanku.
“aku gak bisa mengakhirinya dan maafkan aku jika lagi-lagi kamu menjadi korban…”matanya berkaca-kaca.
“aku tak pernah menyalahkanmu karena ini adalah keinginanku…”jawabku pelan.
“Pernikahannya minggu depan…” dia menengadah menahan air matanya yang hampir menetes. “andai aku bisa lari sama kamu, melupakan semuanya…”ku hentikan semuanya dengan memeluknya kembali. Aku berusaha setenang mungkin meski hatiku hancur. Aku menyembunyikan air mataku dibalik dadanya yang bidang.
“Lari bersamamu bukan hal yang aku mau, memilikimu bukan ambisi terbesarku. Tapi dapat mencintaimu dan dapat melihatmu bahagia itu adalah ambisiku. Berhentiah bersikap seolah-olah kamu bisa mengatur waktu dengan telunjukmu. Hidup bahagialah dengannya dan hapuslah sisa-sisa cinta yang ada dihatimu untukku. Aku dan kamu bersalah selama ini, maka untuk menebusnya lupakan aku…tetap pandang aku sebagai teman masa kecilmu jangan pernah memandangku lagi sebagi seorang wanita yang kamu cintai. Luapkan seluruh cinta kamu buat aku hari ini sepuas kamu. Tapi saat esok tiba, hapus memori yang kita buat hari ini…” kata-kata itu keluar begitu saja dengan mudah tanpa dia tahu hatiku tersayat-sayat.
Dia mulai menangis, menangisi kata-kataku dan mungkin karena ia tak bisa berbuat banyak untukku.
“Andai aku kenal kamu lebih dulu Chels…” suaranya terdengar serak.
“itulah jodoh…Tuhan telah mengatur rapi semuanya…dan aku datang untuk mengotak-atik perasaanmu menjelang pernikahanmu…ini keterlaluan…aku menyadarinya, tapi aku juga menyadari seberapa besar cintaku untukmu…” desiran ombak terdengar seperti suara pedang yang siap mencincang hatiku menjadikannya rendang dan disantap monster-monster luar angkasa. Terdengar berlebihan memang tapi itulah yang aku rasa.

Keseimabangan langkahku mulai terganggu ketika tepat 100cm dari pandanganku Nanda tengah berdiri dengan wanita yang bernama Febi di pelaminan. Mereka tersenyum pada setiap tamu. Satu ketika mata kami bertemu dari jarak jauh. Matanya hanya mengisyaratkan penyesalan dan ketika ada tamu yang ingin bersalaman dengannya ia kembali lagi berpusat pada tamu dan mengabaikanku.
“kamu kenapa sih Chels?” Tanya Yoda temanku. “kamu pucet banget deh…” aku segera bangkit dan menutupi semua. Aku tahu dan menyadarinya bahwa aku terlihat aneh dan wajahku pucat seperti mayat. Kami berjalan, Yoda menuntunku karena aku memintanya. Aku mencoba menguatkan diriku dan melupakan semuanya. Tibalah aku di depan Nanda. Jantungku rasanya berhenti, tanganku terasa kaku untuk bersalaman dengan wanita itu. Tapi ku paksakan untuk memeluknya.
“se…selamt!!!”kataku. wanita itu tersenyum dengan lesung pipi yang indah. Kulepas pelukannya dan memandangnya jauh lebih lama. Dia sangat cantik, Nanda berhak mencintainya.
“teriamaksih ya sudah datang…”jawabnya. Aku mengangguk, aku melangkah menuju Nanda. Mata kami saling memandang. Air mataku jatuh tak tertahan lagi. tanganku gemetar dan ku terus memaksakannya hingga tangan kita menyatu. Nanda pun menjatuhkan air matanya.
“selamat…”kataku pelan. Tapi ia menarikku dan memelukku. Rasanya aku melayang dan semua berakhir gelap. Aku tak bisa lagi menahannya, tak bisa lagi membendungnya, terlalu sulit, terlalu sakit. Aku hanya tau aku berada dalam kegelapan yang tak diketahui siapapun dimana keberadaanku.
‘Jika cinta itu tak pantas untukku, maka jadikanlah cintaku ini kebahagiaan baginya dan berikanlah dia cinta yang pantas untuk bisa disebut cinta…’

Selesai

Createdby: Evi Andriyani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar