.fb_like_box { -moz-border-radius:5px 5px 5px 5px; border-radius:10px; background:#f5f5f5; border:1px dotted #ddd; margin-bottom:10px; padding:10px; width:500px; height:20px; }

Entri Populer

Kamis, 15 Desember 2011

Postingan ke III nih...selamat membaca.


cupu mempesona INNE....


“pagi Cupu...”sapa hangat teman-temanku. Aku tahu itu adalah sebuah guyonan dan celaan bagiku yang berpenampilan ndeso...atau anak-anak sekarang bilang CUPU alias culun punya.
“pagi juga...”jawabku segera. Kadang memang membuatku jengkel tapi aku menyadari aku memang seperti itu mau tak mau harus ku terima saja mereka bilang aku cupu. Kalau di fikir-fikir aku memang tak ada spesialnya, mataku empat alis berkaca mata, gaya berpakaianku kuno, sepatuku kuno, aku tak pandai, bahkan gaya rambutku belah dua bah Charly st 12 tapi tentunya dia jauh lebih keren dari pada aku yang ngefans abis ma Charly. Pantaslah mereka mengataiku  cowok tercupu satu sekolah.
“duh susah banget sih deketin tuh cewek...”rengek Herlan ketika aku masuk ke kelas dan duduk di kursiku sambil merunduk has orang cupu pada umumnya. “Inne oh Inne...” lagi-lagi aku hanya bisa menguping pembicaraan mereka soal gadis terpopuler di sekolah INNEKE. Kata mereka Inne gadis cantik yang susah di deketin. Udah hampir semua cowok disekolah di tolak sama dia, tentunya kabar itu bikin aku gak percaya diri karena aku adalah salah satu fans Inne yang rajin ngirim puisi tanpa nama ke locernya. Mereka orang-orang tampan nan kaya aja udah di tolak apalagi aku...tapi aku tak berniat mengungkapkannya, cukup Inne senang membaca puisiku itu lebih baik dari pada tak pernah membuatnya senang.
“lo pasti di tolakkan?”kata Darwin yang juga nembak Inne 2 hari yang lalu.
“kagak...dia cuman bilang bakalan umumin siapa yang jadi cowoknya nanti siang...”Darwin tertawa lepas.
“yang pasti dia bakalan milih gue. Gue kan pernah anterin nyokapnya ke rumah sakit.”jawab Darwin sambil menepak pundak Herlan.
“eh jangan kepedean dulu lo...lagian apa hubungannya sama emaknya...”pungkas Herlan kesal. Aku terus memandangi mereka. “apa lo liat-liat Eka Harianto cupu...”bentak Herlan padaku. Aku segera menggeleng dan keluar dari kelas. Aku berencana keperpustakaan untuk mencari Inne diam-diam untuk sekedar memandang kecantikan Inne di balik buku yang lagi ia baca.
“Inne...”bisikku sembari berjalan ke rak buku yang paling dekat dengannya. Dia tampak sangat mempesona ketika sedang membaca.
“Ne...barusan gue denger satu sekolahan geger banget ngomongin lo...”bisik Zizi teman sebangkunya. Inne hanya tersenyum pada Zizi. “katanya lo udah mutusin mau pilih siapa ya?” Inne menganggkat halisnya seolah mengiyakan tanpa mata beranjak dari buku sastranya.
“ih ko lo gak cerita sama gue...ngomong-ngomong lo milih siapa???”rengek Zizi.
“ada aja...”jawabnya sambil tersenyum. Hatiku rasanya hancur, tentu saja aku hancur karena menyapanya saja tak pernah bahkan mengungkapkan cinta pada Inne. jadi musnahlah harapanku meski dari awal tak pernah ada kesempatan untukku.
“ah lo mah gak asik akh...tapi orang itu satu sekolah ma kita kan???”
“lo penasaran banget deh...”Inne menutup buku itu dan menyimpannya kembali. Brakkk...sesuatu terjadi begitu cepat. Aku tak menyangka bertabrakan dengan gadis impianku. Rasanya mulutku kelu bahkan untuk mengucapkan maafpun aku tak mampu. Dia tampak kaget.
“hati-hati donk...!!!”aku segera beralari tanpa sempat mendengar ucapannya karena aku sangat malu. Aku tahu sikap ini sangatlah pengecut tapi tak ada yang lebih baik selain berusaha menghinadar untuk menjaga perasaanku sendiri.

***
Anak-anak di kelasku berlarian menuju aula karena di sanalah Inne berjanji akan mengumumkan siapa cowok beruntung yang akan menjadi kekasihnya. Aku sangat amat penasaran, akupun ikut serta dengan mereka. Perkiraanku tepat hampir semua cowok di sekolah ada di sana. Mereka tengah berharap-harap cemas menanti jawaban dari Inne. Inne berdiri di antara kami para fans panatiknya. Dia tersenyum manis dan amat ramah seperti biasa.
“Ne...aku udah nunggu lama untuk hari ini...”seru seorang cowok yang sepertinya kakak kelas yang di susul teriakan dari anak-anak.
“eh cupu ngapain lo ikut ke sini?”bisik Darwin. Aku segera menggeleng.
“iya lo keluar aja!”tambah Herlan.
“maaf yah udah nunggu lama...”kata Inne. Sekejap ruangan sepi beda ketika mereka di hadapkan dengan ulangan dadakan atau ketika pelajaran matematika. “aku juga mau bilang makasih sama kalian yang udah perhatian banget sama aku. Setiap hari ngasih aku bunga, kado, sms, telpon, pulsa, pokonya banyak deh...” Inne menghela nafas. “termasuk puisi... meski jadul banget kata-katanya tapi makasih banget.” Tentu kata-kata terakhir itu Inne persembahkan untukku yakni puisi jadul tapi tak masalah yang penting Inne seneng dan dia bilang makasih.
“jadi lo milih siapa?”tanya Zizi yang terus di sampingnya.
“aku mau tanya sama kalian...kenapa kalian suka sama aku?” mereka serentak menjawab.
“ya karena kamu cantiklah...” Inne tersenyum sambil menggeleng.
“yang jelas aku gak milih kalian yang manggil aku cantik.”jawabnya tegas. “kecantikan fisik itu bisa hilang karena usia tapi kecantikan hatilah yang abadi. Saat ini aku pengen banget punya cowok yang tulus sama aku dan cantik hatinya.” Mereka semua diam. “aku udah tentuin siapa dia...” aku segera membalikan badan dan memutuskan untuk pergi dari aula. “dia adalah Eka Harianto...cowok yang selalu ngirim puisi sama aku tanpa nyantumin nama...selama ini aku berusaha cari orang ini dan akkhirnya aku bisa temuin cowok romantis yang mencintai aku tulus.” langkahku terhenti mungkinkah Inne memanggil namaku??? Semua ricuh, mereka protes dan mendorong-dorong aku. Apa yang terjadi  kenapa rasanya tubuhku melayang kemana-mana. Semua begitu indah, rasanya aku berada dalam negri dongeng yang di penuhi bunga segar dan di kelilingi dayang-dayang dengan di lilit-lilit buah anggur di kepalanya.
***
“kamu gak papakan?”Inne mengompres pipiku yang memar akibat pukulan dari teman-teman di aula tadi. Aku tak melepaskan pandanganku dari Inne. “Eka?” aku segera menggeleng. “apa sakit semua? Kita kerumah sakit ya!”
“apa aku mimpi?” dia tertawa lepas mendengarku.
“kamu ngrasa sakit?”dia tanya balik. Aku menggeleng cepat. Inne tertawa lebih keras. “kamu tadi di pukulin anak-anak...masa kamu gak sakit sih...”
“aku rasa ini mimpi...karena begitu mustahil kamu milih aku yang jelas-jelas...”Inne mencium pipiku segera. sungguh jantungku tak bisa berhenti berdetak kencang. Tuhan memang adil, inilah balasan bagi ketulusanku mencintai Inne ataukah ini hanya sebatas ucapan terimakasih untukku?
“ini nyata!!! Di mataku kamu itu cowok terbaik yang pernah aku kenal...”kata Inne padaku.
“tapi kenapa aku?”
“yah...karna buat aku kamu itu cowok spesial. Jadi jangan pernah kamu berfikir kamu itu di bawah segalanya...kamu hanya belum menyadari sebutulnya kamu sangat berarti...” jawabya sambil tersenyum. Betapa beruntungnya aku, dengan modal pas-pasan seperti aku ini gadis secantik Inne bisa sangat menghargai ketulusan cintaku. Yah Inne memang betul... ‘jangan berfikir kamu itu di bawah segalanya, kamu hanya belum menyadari sebetulnya kamu sangat berarti...’




Selesai
Created by:
Evi Andriyani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar